Anda telah masuk di zona Wonua Wulele Sanggula

Pages

Assalamualaikum Banggona Anawai

Selamat Datang di Wonua Sanggula..@_^
Diberdayakan oleh Blogger.

My Big Family

My Big Family
Yanti, Leli, Mama, Aku dan Nur

Mengenai Saya

Foto saya
Universitas Haluoleo adalah kampus di mana Dia Kuliah. Sejak kelulusannya di SMA N 1 Lainea tepatnya di Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara pada tahun 2008, dia langsung melanjutkan perguruan tingginya di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yaitu di jurusan Bahasa dan Seni. Pasnya di Program Studi pendidikan Bahasa Indonesia dan Sastra Daerah. Sejak duduk di bangku SMP yaitu SMP N 1 Lainea pada tahu 2002 dia sudah hobi menulis cerpen dan puisi. Menjadi anak bungsu dari lima bersaudara ini tidak terlihat begitu manja seperti anak-anak bungsu lainnya. Ini bisa terlihat dari keaktifan dan kesungguhannya mengurus beberapa organisasi antara lain menjadi pengurus Lingkar Studi Ilmiah Penalaran (LSIP), Semai Intelektual Muda Konawe Selatan (SIM Konsel), UKKI, Himpunan Mahasiswa Program Studi Bahasa Indonesia, dan organisasi eksternal kampus lainnya. Dia sangat hobi jalan-jalan mendatangi tempat yang belum pernah dikenalnya. Dan dia sedang berencana dengan sahabatnya untuk pergi ke suatu tempat yang sangat diimpikannya sejak 2009. Masih rahasia.. hehe.. selamat membaca Blog Putri Anawaingguluri.

Jumat, 13 April 2012

Salah 1 Cerita Rakyat di Daerah Wulele Sanggula Tanah Tolaki


O Nggabo
La’ito mo’ia toono I Konawe ano kono’I oropu, no’opu’I uti owose ronga koniku petanu mbopole. Tesaru ieto bara memepate’I nggiro’o o uti ronga kiniku, ieto tinamoako I Latuanda, lala mo’ia ikita I Olo-oloho I Konawe.
Mombaka’ito I Latuanda o dahu mo’etuako ngopombaanino nggiro’o o uti ronga kiniku anopokokali’iki, mokopepate’i. monggotolu bara I Latuanda nopowawekee o dahu ma’etu-etu iepo ano pokopepate’i.
Ari’ipo mepate’iro kolele nggiro’o lala umo’opuo manusia iepo ona ano lako melambu’I keno laa’ikaa toono tore-toreano uti owose, kiniku petanu mbopole. Laki’ito kumii’I o aso ano nggombo, la mepa’usaki ako o benggi. No’ale’ito ona I Latuanda nggiro’o anadalo ano piara’ihende ana dowono. Kadu’ito ona o ruo anano I Latuanda nolaa monaa o aso o ana. Nggiro’o anadalo ana ndina.

La’ito tokaa nggiro’o ana ndina nao poluale. Notamoekeeto  I Elu Kambuka Sioropo Korembutano. Notamoekee o elu notanoniondo inano amano.. notamoekee Kambuka Sioropo nomendaa wuuno sio ropono. Notamoekee Korembutano nosabutunotokaa taa kinano uti owose, kiniku petanu mbopole.
Nolaa tahori I Elu moluale nde pebahoano I laika. Iee ona nomolualeto ma nde lako’ito mebaho I aala, I aahua. Nde terabu’ito ona wuuno ano polasukee iwoi.
Laa’ito lako mapali o Nggabo ano podea’I bara tanoniondo toono I Konawe. Lakonoto leu  mesoreako ikua I wowa Sambara ano petuha rumuru’I a Nggonawe’eha  tumaka no’onggo pe’eka I kita I Konawe lako paresa’I wonua  nggiro’o keno meena no’oputo toono. Tesaru bara nggiro’o  o Nggabo ian-inai langgai.
Ie’ikaa hae ano tinamoako Ndoono’oha. Tendeano no’owose  no ruru’I a Ngonawe’eha sambe’ikaa ine boku-boku wuamundeno.
La’ito lako rumuru’I Konawe’eha ano lako mosua bubu sinulahi wu’ohu. Te’eni’ito penaono, ki’oki nomeena no’oputo toono. Te’embe hae nolaa’ika bubu sinulahi wu’ohu ronga laa o wuu mekalo wewe. No’ale’I nggiro’o o wuu  ano ale wewe’I sambe hende munde male tendeano nomendaa. Te’eni’ito penaono  mbu’iki teeni mano laa luale momahe nimbone I ulu iwoi.
La’ito o Nggabo lako rumuru’I a Nggonawe’eha ano ene sumua’I ahuano I Latuanda I kita I Olo-oloho. Lakonoto pe’eka, lako-lako tu’uno meopako lako I laikani I Latuanda. Dunggu’ito ona o Nggabo I laikano I Latuanda, lau-launo pewiso I pu’u nohu ano pehau’ako meree-rehu ine banggo-banggo.
La’ito meree-rehu ano leu I Lataundametitiro. Notiro’ito toono laa meree-rehu I pu’u nohu. Tekokoni I Latuanda lakonoka mesukahako ano ene rumabu’I karadano ronga padeno. Ani ina’u umo’arahi’I nggo mehoto, mano tano laanggi itono o Nggabo momiu-miu. Teede’itokaa I Latuanda ano mokongangono lakonoto metootoono. Lakonoto lene umale’I kalono anopombesarakee o Nggabo, mesukokee keno humbee ariano, ohawo otuono.
Nosaru’iketo ona o Nggabo imbee ariano ronga otuono nola lako. Note’eni o Nggabo, “kulaa lako pali’I wonua notebawo taniondo toono I Konawe.” Tumotaha’I I Latuanda, meena’I posarumu toono leu, ianku tokaa dowo-dowonggu ni’ino, no’opu’ito uti owose ronga kiniku petanu mbopole. Te’eni ito hae o Nggabo, “ki’oki nomeena nodowomutokaa inggo’o mbulaika, langgopo monaa o ruoluale momahe.” Mano nopehapu I Latuanda. Laa irotokaa megagahi ano te’eni I Latuanda, “oho meena’I inggo’o toonoleu.” Laa aku monaa oruo luale. O aso ana dowonggu, o aso ana ni’o’ananggu, metamoako I Elu Kambuka Sioropo Korembutano.
Nowawe’ito I Latuanda totokono pe’eka I laika. Iepo ponggiino I Latuanda nggiro’o toono leu no’inai-inai ndoono. Lakonoto laku ina’u umalee kuro mboholea anoponahunggee, anoposumbelekee o aso kiniku nggo peta’inahuno. Mano noponggaa o Nggabo sabutunoki aso mbusu kina ano aso nggukutiha ti’olu.
Ieti nihera’akono I Latuanda keno mabaakoe o Nggabo nde tekonikaa ano mohewu wotoluno, laa’ihae nde owose’eha. No’angga’ito I Latuanda o Nggabo toono kobarakara, kopali-palia, mondo’oriako. La’itoka ona mo’ia o Nggabo ano pinoko mbe’ali I Elu Kambuka Sioropo  Korembutano.
Turunanoto ona o Nggabo ano I Elu ano laa turuna anakia I Konawe sambe ingoni oleo. Te’embe hae I Elu nduruna anakia arimbo kei Wekoila. Turunano anano I Latuandaieto itoono tekale’ano mbera tononggapu watu I Konawe.








O Nggabo
Sekali peristiwa penduduk negeri Konawe menjadi punah, dihabiskan biawak raksasa dan kerbau berkepala dua. Kisahnya yang membunuh biawak dan kerbau tersebut ialah bernama Latuanda, penduduk desa Olo-oloho di kerajaan Konawe.
Latuanda memelihara beratus ekor anjing untuk mengumpan biawak dan kerbau itu, agar ia dapat menombaknya, membunuhnya.
Dikatakan bahwa Latuanda tiga kali membawa anjing  beratus-ratus untuk umpannya barulah ia dapat membunuhnya.
Nanti setelah ia sudah membunuh ke dua binatang yang menghabiskan manusia itu barulah ia berusaha jika masih ada manuasia sisa dari biawak raksasa dan kerbau berkepala dua itu. Didapatilah seorang bayi  berada di dalam sebuah tempayan. Latuanda kemudian mengambil bayi itu lalu dipeliharanya seperti anaknya sendiri. Menjadi dualah anaknya Latuanda, karena ia sendiri mempunyai seorang anak. Bayi tersebut adalah anak perempuan.
Lama-kelamaan anak itu menjadi gadis. Dinamakannya: Elu Kambuka Sioropo Karembutano. Dinamakannya demikian karena ia sudah tidak punya ibu dan ayah. Dinamakannya Kambuka Sioropo karena panjang rambutnya sembilan depa. Dinamaknnya Korembutano karena sisa ia sendiri yang tidak dimakan biawak raksasa dan kerbau.
Sebelum Elu menjadi gadis, ia selalu mandi di rumah. Tapi setelah ia menjadi gadis maka biasalah ia pergi mandi di sungai. Maka selulah rambutnya tercabut dan dibawa air.
Ketika o Nggabo berkelana didengarnya kabar bahwamanusia telah punah di Konawe. Datanglah ia berlabu di muara Sampara, lalu turun kemudian mengikuti sungai Konawe’eha hendak datang di Konawe memeriksa negeri itu jika benar manusia telah punah. Kisahnya bahwa o Nggabo tersebut adalah laki-laki raksasa. Itulah sebabnya ia dinamakan Ndoono’oha.
Begitu besarnya maka ketika ia mengikuti sungai Konawe’eha, dalamnya air hanya sampai pada betisnya.
Sementara mengikuti sungai Konawe’eha didapatinyalah sepotong bambu yang baru saja dipotong orang. Berkatalah dalam hatinya, tidak benar bahwa manusia telah punah. Sebab terdapat bambu yang baru saja dipotong dan padanya terdapat rambut bergulung. Diambilnya rambut itu lalu digulungnya sampai sebesar jeruk karena begitu panjangnya. Berkatalah dalam hatinya bahwa gadis cantik yang tinggal di suatu desa hulu sungai.
Akhirnya o Nggabo tiba di suati tempat pemandian Latuanda, yakni di Olo-oloho. Naiklah ia ke darat dan terus mengikuti jalan menuju rumah Latuanda.
Tibalah o Nggabo di rumah Latuanda, dan segera ia masuk di tempat orang menumbuk padi, lalu duduk di bangku yang tersedia.
Sementara ia duduk muncullah Latuanda dari atas rumah. Dilihatnya ada orang sedang duduk di bawah. Terpernajat Latuanda lalu mundur kebelakang dan mencabut tombaknya, mengambil parangnya. Lalu ia berlagak hendak memotong dan menombak, tapi o Nggabo tidak bereaksi apa-apa. Akhirnya Latuanda menjadi lelah sendiri dan ia diam. Lalu ia pergi menambil kalonya, lalu ia menyambut o Nggabo secara adat. Bertanyalah dari mana gerangan datangnya dan apa perlunya.
Lalu o Nggabo mengatakan dari mana datangnya dan apa maksud perjalannya. Berkata o Nggabo, “aku dalam perjalanan mengelilingi negeri, karena telah terkabar telah tiada manusia di Konawe.” Menjawablah latuanda, “benar katamu hai orang pendatang, sisa aku sendirian ini, telah dihabiskan biawak raksasa dan kerbau berkepala dua.” Berkata lagi o Nggabo. “tidaklah benar bahwa sisa engkaulah penghuni rumah, engkau masih bersama dua orang gadis cantik.”
Setelah keduanya bertengkar akhirnya Latuanda mengaku, “ya, benar wahai engkau orang pendatang.” Aku mempunyai dua orang gadis. Seorang anakku sendiri dan seorang anak piaraanku yang bernama Elu Kambuka Sioropo Korembutano.
Diantarlah Latuanda tamunya naik ke rumah. Penglihatannya Latuanda bahwa orang yang yang datang itu sungguh besar tubuhnya. Lalu diambilnya periuk besar untuk memasakkannya dan ia menyembelih seekor kerbau untuk lauknya. Tetapi o Nggabo hanya makan segenggam nasi dan sepotong telur. Yang mengherankan Lantuanda adalah mengapa o Nggabo sewaktu-waktu tubuhnya menjadi kecil kemudian membesar lagi. Latuanda menganggap o Nggabo sebagai orang mubarak, waliullah, banyak ilmu.
Lama kelamaan o Nggabo dikawinkan dengan Elu Kambuka Sioropo Karembutano. Keturunan o Nggabo dan elu inilah yang kemudian menjadi nenek moyang dari raja-raja di Konawe hingga hari ini. Sebab Elu ini adalah turunan bangsawan asal dari Wekoila. Sedangkan turunan dari putri Latuanda sendiri menjadi kemudian turunan dari mereka yang bukan bangsawan.

Sumber:
Tarimana, Abdurrauf.1993. Kebudayaan Tolaki. Jakarta : Balai Pustaka
separador

5 komentar:

Unknown mengatakan...

Wekoila itu siapa?

Unknown mengatakan...

wekoila itu anawai ngguluri la wowi

Unknown mengatakan...

kak arti lirik dan makna lagu wulele sanggula kita tau ?

Navia Shfly mengatakan...

Terima kasih kepada kakak Penulis, tulisan kakak sangat membantu, menjadi referensi saya dalam memenuhi tugas mata kuliah...

Unknown mengatakan...

Wekoila

Posting Komentar

Followers